Just another free Blogger theme

Thursday, May 20, 2021

Assawalualaikum wr. wb. 
    
    Pembaca yang budiman, Dalam sebuah Hikayat, Nabi Ayub As sampai umur 60 tahun Allah kasih nikmat sangat luar biasa, di dalam suatu rumah tangga yang bahagia bersama istri yang setia dan anak-anak yang sangat mencintainya. Namun tiba-tiba Allah swt menguji Nabi Ayub As dengan ujian-ujian yang sangat besar berupa : Harta kekayaannya habis semua, anak-anaknya meninggal di diwaktu muda, dan dirinya ditimpa penyakit yang sangat luar biasa, yang belum pernah dirasakan oleh orang sebelumnya dan tidak akan dirasakan oleh generasi setelahnya, saking langkanya penyakit beliau. Setelah beberapa bulan mederita yang demikian itu, istrinya berkata kepada nabi Ayub, "Engkau seorang nabi dan doamu dikabulkan Allah swt. Sudah begini penderitaanmu, belum jugakah engkau hendak memohon kepada Ilahi agar dilepaskan dari bala bencana?" Dengan senyum tenang Nabi Ayub menjawab, "Saya malu mengangkat mukaku agar dilepaskan dari pada bencana yang belum lama saya tanggungkan ini. Sebab saya tidak pernah lupa berpuluh tahun lamanya saya menerima nikmat-Nya."

      Terkadang kita semua pasti penah merasakan suka dan duka. Padahal kedua-duanya mengandung nilai yang berujung pada kebaikan. Akan tetapi, tak dipungkiri. Sangat sulit bagi kita untuk bersyukur saat mendapat nikmat dan bersabar saat mendapat cobaan. Padahal kedua-duanya merupakan ujian bagi manusia. Kebanyakan dari kita menganggap bahwa musibah adalah masalah dan kenikmatan bukan masalah. Padahal secara esensial, keduanya memiliki tantangan yang harus dijawab. Saat kita mendapat nikmat, kita harus bisa menjawab tantangannya. Bersykurkah atau kufur? Kisah Nabi Ayub di atas menunjukan betapa ia sangat sabar menghadapi ujian yang sangat berat. Dan sebelumnya, beliau selama 60 tahun hidup dalam kenikmatan. Hal ini menunjukan bahwa kebahagiaan dan kesengsaran merupakan dua hal yang selalu beriringan. Terkadang memang kita bahagia, terkadang pula kita mendapat sengsara. Motivasi yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Ayub adalah bahwa saat beliau mendapatkan musibah, beliau sabar dengan mengingat bahwa beliau pernah merasa bahagia. Sehingga beliau malu mengangkat muka beliau agar dilepaskan dari pada bencana yang belum lama beliau tanggungkan, sebab beliau berpuluh-puluh tahu merasakan kenikmatan dari Allah. Kenapa kita bersedih terlalu dalam, padahal musibah kita tak sebesar Nabi Ayub. Teruslah ketuk pintu langit, panjatkan doa terus menerus kepada-Nya. Agar musibah, derita yang kau alami segera diganti dengan kebahagiaan. Jangan lupa berdoa juga agar saat kau bahagia tak lupa untuk bersyukur. 

Waallhu alam bi Shawwab..

Tuesday, May 18, 2021


 Assalamualaikum Wr. Wb.

Telah dibuka Pendaftaran calon santri baru pondok pesantren attaqwa cilaku cianjur, bagi Bapak/Ibu/Saudara/i ingin mendaftarkan anak/saudaranya bisa langsung klik daftar di bawah :

Klik disini untuk DAFTAR

Jadwal Pendaftaran Langsung/Offline :

Gelombang 1     : 01 Mei s/d 18 Juni 2021

Testing               : 19 Juni 2021

Gelombang 2     : 20 Juni s/d 03 Juli 2021

Testing                : 04 Juli 2021

Bismillahirrahmanirrahim, Saya buka tulisan ini dengan kabar gembira dari Allah Ta'ala, QS. Ar-Ro'd ayat 24.

سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ

Dan keselamatanlah untuk Kalian sekeluarga (Surga Adn) atas kesabaran kalian waktu di dunia.

Inilah ayat yang cocok sebagai apresiasi dan juga penyemangat bagi orang tua manapun yang memperjuangkan anaknya masuk ke pondok. Sebab salah satu modalnya adalah sabar. Sabar, sabar ketika semua harta habis berpuluh juta bahkan beratus juta untuk membiayai kehidupan dan pendidikan anak di pesantren, yang padahal dengan harta itu orang tua tersebut dapat membeli apa saja, dan investasi apa saja perihal dunia. Namun orang-orang tua yang Memondokkan anaknya memilih sabar menanam harta itu dalam pendidikan anak-anaknya demi buah dan bunga terbaik di hari yang kemudian juga secangkir kebahagian yang kelak diberikan anaknya di hadapan Allah Ta'ala kelak. 

Sabar, sabar juga ketika terus berlelah-lelah mengantar bolak-balik anaknya masuk ke luar pesantren, belum rasanya badan merebah, tiba-tiba anaknya menelepon sebab sakit, yang mau tidak mau harus segera ditengok walau badan bermandikan lelah dan keringat. Apalagi yang anaknya pernah merasa tidak kerasan dan tidak betah di pesantren. Ada masa, sabar Betul-betul diuji antara menyerah dan terus berjuang sebab jenuh hampir tiap hari mengantar putranya bolak balik pesantren dengan segala macam bujukan. 

Sabar, sabar juga tatkala ramainya rumah kini berganti sepi, sebab para penenang jiwa, penghibur lara jauh dalam dekapansedang berjuang di pesantren, Syukur yang masih ada adik atau kakaknya. Sabar akan betul kembali diuji saat anak tiga, tiga-tiganya berjuang di pesantren apa lagi anak semata wayang, kemudian rela dan sabar dilepas untuk berjuang di pondok pesantren satu-satunya anak tersebut. Dalam tiap malam air mata kadang tak mampu tertahan mengalir, merindukan putra-putri kesayangannya yang tak mampu dipeluk dan dikecup kepalanya. Syukur bagi orang tua yang pesantren putra-putrinya dekat, sepelemparan batu. Ketika rindu datang paling tidak akhir pekan pertemuan sebentar sudah begitu menenangkan jiwa. Lantas dengan orang tua yang memondokkan anaknya di luar kota, luar pulau bahkan luar negeri. Rindu begitu menyayat-nyayat hati di tiap keadaan seraya hanya pelukan Do'a yang dapat terucap lirih dalam lisan agar putra-putrinya yang jauh senantiasa dalam lindungan Allah Ta'ala.

Belum sabar-sabar yang lain, sabar dengan lamanya pendidikan, omongan orang yang begitu ragu jika anaknya dititip di pesantren, kadang harus kuat dan sabar dihadapi. Belum lagi kondisi kesehatan baik anaknya lebih-lebih kesehatannya sendiri sebab usia sudah tak bisa di bilang muda, rasanya betul-betul hanya anak yang mampu menjadi obat dan harapan tiada tara sebagai penguat keteguhan orang tua.

Wahai para orang tua yang begitu ikhlas berjuang, Engkau sudah Betul-betul mengamalkan perintah Allah Ta'ala dalam surah An-Nisa ayat 9

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Memondokkan anak, adalah ikhtiar kita membangun generasi yang kuat, agar peringatan Allah itu tidak terjadi pada keturunan kita. Saat kita pergi meninggalkan dunia, Na'udzubillah kita meninggalkan generasi yang lemah, lemah iman, lemah akhlak, lemah ilmu, lemah ekonomi dan lemah lainnya. Generasi-generasi yang tak mampu menjadi Pembela buat orang tuanya, agamanya, bangsanya. Pembela di dunia lebih-lebih di akhiratnya Allah. Generasi yang lemah hanya akan menyiksa batin orang tuanya di dunia, membuat merintih orang tuanya ketika ajal datang, sebab bukan lantunan Do'a yang dihaturkan justru pertikaian atas nama perebutan harta orang tuanya yang padahal jenazahnya masih ada di hadapan anak-anak itu. Apa lagi di akhiratnya Allah, jangan membawa ke surga. Anak-anak itu akan menuntut dan menyeret orang tuanya ke nerakanya Gusti Allah. 

Namun sebaliknya, berkat kegihihan Bapak Ibu Memondokkan anak, sebagai ikhtiar menguatkan generasi maka tangis demi tangis bahagia akan mewarnai kehidupan Bapak Ibunya. Ada haru bahagia saat mereka lulus dan wisuda di pesantren yang begitu membuat hati besar dan lega. Bahagia sebab pendidikan pesantren membuat mereka menjadikan Bapak Ibunya raja dan ratu bagi mereka. Hati orang tua mana yang tak meleleh saat anaknya bersimpuh di pangkuannya seraya berdo'a di tiap waktunya demi kesehatan dan panjang umur orang tuanya. Begitupun saat kita berpulang. Masing-masing dari anak-anak yang Sholeh tersebut berjajar bersahut membaca Al-Qur'an. Tiada Ustad yang datang memandikan dan memimpin sholat jenazah kita. Sebab mereka anak-anak yang Sholeh hadir di sana memandikan jenazah kita, memimpin sholat jenazah kita dan turun mengazani kita untuk terakhir kali. Dapat dipastikan Wahai Para Bapak dan Ibu yang Memondokkan anaknya di pesantren. Itulah hari terbaik dan paling membahagiakan untuk kita sebagai orang tua. Sebab anak-anak kita hadir jadi pembela kita. Apa lagi kelak di hadapan Allah Ta'ala. Merekalah yang akan membela kita, memperjuangkan kita di hadapan Allah Ta'ala sehingga termasuk lah kita orang-orang yang : 

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۖ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ

(yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. 

Mudah-mudahan Allah jadikan putra-putri kita sebagai penyejuk mata hati kita di dunia lebih-lebih Akheratnya Allah Ta'ala. Amin ya Rabbalalamin..

Wallahualam bishawwab.

Monday, May 17, 2021



Pembaca yang budiman, Puasa Syawal sebanyak eman hari sangat dianjurkan. Siapa saja yang berpuasa sunah syawal sebanyak enam hari setelah puasa wajib Ramadhan sebulan penuh, maka seakan ia berpuasa setahun. Hal ini tertera dalam kitab Nihayatuz Zain disampaikan oleh Syeikh M Nawawi Al-Bantani :

و) الرابع صوم (ستة من شوال) لحديث من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر  ولقوله أيضا صيام رمضان بعشرة أشهر وصيام ستة أيام بشهرين فذلك صيام السنة أي كصيامها فرضا وتحصل السنة بصومها متفرقة منفصلة عن يوم العيد لكن تتابعها واتصالها بيوم العيد أفضل وتفوت بفوات شوال ويسن قضاؤها 

Artinya, “(Keempat) adalah puasa sunah enam hari di bulan Syawal sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, ‘Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, lalu mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seakan berpuasa sebulan penuh,’ dan sabdanya, ‘Puasa Ramadhan dinilai sepuluh bulan. Puasa enam hari dinilai puasa dua bulan, maka genaplah puasa setahun,’ maksudnya pahala puasa wajib setahun.

Keutamaan sunah puasa Syawal dianggap memadai dengan mengerjakannya berurutan maupun tidak. Akan tetapi mengerjakannya berurutan dengan hari Id tentu lebih utama. Namun bila kita memilki qhada puasa wajib maka disegerakan untuk lebih mendahulukan qhada puasa wajib tersebut dibanding puasa sunah syawal.

Wallahu 'Alam bi Sawwab..

 


Pembaca yang budiman, Niat merupakan salah satu rukun puasa dan ibadah lainnya. Hal ini didasarkan pada hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi 

ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Maka dari itu niat adalah hal yang paling urgent/penting akan diterima atau tidaknya amal ibadah kita.

Dalam kitab safinatunaja karangan syeikh Salim Ibn Sumair al-Hadrami pada pembahasan tentang Niat memang sunnah melafalkannya , Namun demikian untuk menetapkan hati, para ulama menganjurkan seseorang untuk melafalkan niatnya. Berikut ini lafal niat puasa syawal :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah SWT.”

Adapun misalkan ketika kita lupa tidak berniat ketika malam harinya, maka diperbolehkan untuk berniat ketika ia hendak puasa sunnah saat itu juga. Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku pada puasa wajib saja. Dan untuk puasa sunnah, niat diperbolehkan dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa dari sejak shubuh.

Ia juga dianjurkan berniat puasa sunnah syawal di siang hari. Berikut lafal niatnya :

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ. Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT.” 

Wallahu a’lam bi Shawwab.